Wafat Isa Almasih—atau Yesus Kristus—merupakan inti dari iman Kristen. Kematian-Nya bukan sekadar peristiwa sejarah, melainkan penggenapan nubuat, puncak kasih ilahi, dan jalan keselamatan bagi umat manusia. Alkitab, sebagai firman Allah, menguraikan makna kematian Yesus melalui berbagai kitab, mulai dari nubuat dalam Perjanjian Lama hingga kesaksian dalam Perjanjian Baru. Artikel ini akan membahas bagaimana kematian Yesus dijelaskan dan dimaknai dalam ayat-ayat Alkitab.
1. Nubuat tentang Wafat Sang Mesias
Sebelum Yesus lahir, para nabi dalam Perjanjian Lama telah menubuatkan kedatangan dan penderitaan-Nya. Salah satu nubuat paling terkenal terdapat dalam kitab Yesaya 53, yang menggambarkan "Hamba yang Menderita."
Yesaya 53:5
"Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kesalahan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepada-Nya, dan oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh."
Nubuat ini mengisyaratkan bahwa Mesias yang dijanjikan akan menderita dan mati untuk menebus dosa umat manusia. Pengorbanan-Nya akan membawa keselamatan bagi mereka yang percaya. Ayat ini juga menekankan penderitaan yang akan dialami Mesias, yang tidak hanya bersifat fisik tetapi juga rohani, sebagai akibat dari dosa-dosa umat manusia.
2. Kematian Yesus sebagai Penggenapan Nubuat
Ketika Yesus datang ke dunia, para pengikut-Nya mulai menyadari bahwa diri-Nya adalah penggenapan nubuat Mesias yang telah dinantikan. Dalam Matius 26:28, Yesus menyatakan dengan jelas bahwa darah-Nya yang tercurah adalah "darah perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa."
Matius 26:28
"Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa."
Yesus dengan tegas menyatakan bahwa kematian-Nya bukanlah suatu kecelakaan, melainkan bagian dari rencana ilahi untuk membawa keselamatan bagi umat manusia. Darah-Nya yang tercurah di kayu salib menjadi lambang perjanjian baru antara Allah dan umat-Nya, yang membuka jalan bagi pengampunan dosa dan hidup yang kekal.
3. Yesus sebagai Anak Domba Allah
Selama hidup-Nya, Yesus disebut sebagai Anak Domba Allah, yang datang untuk menghapus dosa dunia. Hal ini ditegaskan oleh Yohanes Pembaptis dalam Yohanes 1:29, ketika ia melihat Yesus datang kepadanya:
Yohanes 1:29
"Lihat, Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia."
Sebagai Anak Domba, Yesus adalah pengorbanan yang sempurna. Dalam Perjanjian Lama, domba digunakan sebagai korban penghapus dosa. Namun, pengorbanan Yesus jauh lebih besar karena Ia adalah domba yang tanpa cacat dan tidak berdosa, yang mengorbankan diri-Nya untuk dosa dunia. Kematian-Nya adalah penggenapan dari sistem persembahan korban dalam Perjanjian Lama, tetapi dengan pengorbanan yang bersifat kekal dan sempurna.
4. Kematian Yesus untuk Menebus Dosa Manusia
Alkitab mengajarkan bahwa kematian Yesus bukan hanya sebagai tindakan kemanusiaan yang penuh kasih, tetapi juga sebagai cara untuk menebus dosa umat manusia. Melalui kematian-Nya, Yesus mengambil alih hukuman yang seharusnya diterima oleh setiap orang yang berdosa.
Roma 5:8
"Tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, yaitu pada waktu kita masih berdosa, Kristus telah mati untuk kita."
Ayat ini menegaskan bahwa meskipun kita semua berdosa dan tidak layak menerima kasih Allah, Yesus rela mati untuk menebus dosa kita. Ini adalah gambaran kasih yang tak terhingga dari Tuhan, yang memberikan Anak-Nya untuk mati demi keselamatan kita, meskipun kita tidak pantas menerimanya.
5. Pengampunan Melalui Salib
Yesus, saat berada di kayu salib, memberikan teladan besar tentang pengampunan. Dalam Lukas 23:34, ketika Ia sedang disalibkan dan dipermalukan, Yesus berdoa untuk para penyiksa-Nya:
Lukas 23:34
"Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."
Kalimat ini menunjukkan sikap Yesus yang penuh kasih, bahkan ketika Ia mengalami penderitaan yang sangat besar. Ia mengampuni mereka yang telah menyiksa dan menyalibkan-Nya, memperlihatkan bahwa melalui salib, pengampunan dosa menjadi mungkin bagi siapa saja yang mau menerima-Nya.
6. Kematian Yesus dan Pembebasan dari Kuasa Kematian
Kematian Yesus juga mengalahkan kuasa kematian. Meskipun Yesus mati, pengorbanan-Nya membuka jalan untuk kebangkitan-Nya yang mengalahkan maut. Ini menjadi jaminan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari hidup yang kekal bagi mereka yang percaya kepada-Nya.
Ibrani 2:14-15
"Karena anak-anak itu adalah peserta dari darah dan tubuh, maka Ia pun turut mengambil bagian dalam hal yang sama, supaya oleh kematian-Nya Ia dapat membinasakan dia, yaitu Iblis, yang mempunyai kuasa atas kematian, dan membebaskan mereka, yang selama hidup mereka berada dalam perhambaan oleh karena takut akan kematian."
Melalui kematian-Nya, Yesus membebaskan umat manusia dari kuasa dosa dan kematian, memberikan harapan akan kehidupan kekal bagi semua yang percaya. Kematian-Nya di salib menjadi jalan pembebasan yang menyelamatkan umat manusia dari keterikatan pada maut dan dosa.
7. Kemenangan Melalui Salib
Meskipun salib merupakan simbol penderitaan yang dalam, bagi orang Kristen, salib adalah simbol kemenangan. Kematian Yesus mengalahkan kuasa kegelapan dan membawa umat manusia kepada terang keselamatan.
Kolose 2:14-15
"Ia telah menghapuskan hutang yang tercatat dengan ketetapan-ketetapan yang melawan kita, yang tidak menguntungkan kita. Ia telah menanggalkannya dengan memaku-Nya di kayu salib. Ia telah melucuti penguasa-penguasa dan otoritas-otoritas dan mengarak mereka dengan pameran umum dalam kemenangan-Nya atas mereka di kayu salib."
Kematian Yesus di kayu salib membawa kemenangan atas kekuatan dosa dan kejahatan. Meskipun salib tampaknya merupakan kekalahan, di dalamnya terkandung kemenangan yang mengalahkan segala kuasa yang menentang kebaikan dan kebenaran.
Kesimpulan
Wafat Isa Almasih adalah inti dari pesan keselamatan dalam Alkitab. Melalui penderitaan dan kematian-Nya, Yesus menawarkan pengampunan dan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Ayat-ayat Alkitab yang mengungkapkan pengorbanan-Nya di salib mengajarkan kita tentang kasih yang tak terhingga, pengorbanan yang sempurna, dan jaminan hidup kekal bagi semua yang percaya kepada-Nya. Salib, yang semula merupakan simbol kematian yang tragis, kini menjadi lambang kemenangan, pengharapan, dan kasih yang membawa umat manusia kepada keselamatan kekal.