Apa Itu Saham dan Bagaimana Saham Bisa Naik? Panduan Lengkap untuk Pemula


Pendahuluan

Investasi saham kini bukan hanya milik kalangan profesional. Berkat kemajuan teknologi dan informasi, siapa pun bisa mulai belajar berinvestasi di pasar saham. Tapi sebelum membeli saham pertama, ada satu pertanyaan penting yang sering muncul: kenapa harga saham bisa naik (atau turun)?

Artikel ini akan membahas secara mendalam mulai dari pengertian saham, alasan utama saham bisa naik, faktor yang memengaruhinya, sampai tips untuk para investor pemula agar bisa memahami pergerakan harga saham dengan lebih baik.


Apa Itu Saham?

Secara sederhana, saham adalah bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan. Saat kamu membeli saham, berarti kamu memiliki sebagian kecil dari perusahaan tersebut. Jika perusahaan itu tumbuh dan menghasilkan keuntungan, kamu sebagai pemegang saham juga ikut merasakan manfaatnya, baik lewat kenaikan harga saham maupun dividen (bagi hasil keuntungan).

Contohnya, jika kamu membeli 100 lembar saham PT ABC seharga Rp1.000 per lembar, berarti kamu menginvestasikan Rp100.000 dan menjadi salah satu pemilik perusahaan tersebut.


Bagaimana Saham Bisa Naik?

Harga saham naik ketika permintaan terhadap saham tersebut meningkat. Dalam ekonomi, hal ini mengikuti hukum dasar supply and demand (penawaran dan permintaan). Namun, di balik hukum itu, ada banyak faktor yang memengaruhi kenapa orang ingin membeli (atau menjual) saham tertentu.

Berikut adalah penjelasan lebih dalam tentang penyebab harga saham bisa naik:


1. Kinerja Keuangan Perusahaan yang Meningkat

Ini adalah alasan paling fundamental. Ketika sebuah perusahaan menunjukkan kinerja keuangan yang baik—misalnya pendapatannya naik, labanya meningkat, atau berhasil membuka pasar baru—investor melihatnya sebagai peluang. Mereka berlomba membeli saham perusahaan tersebut dengan harapan akan terus tumbuh, dan permintaan inilah yang mendorong harga saham naik.

Contoh:
Jika PT XYZ pada tahun 2024 mencetak laba bersih Rp500 miliar (naik 50% dari tahun sebelumnya), maka banyak investor akan mulai tertarik, dan harga sahamnya cenderung naik.


2. Sentimen Positif dari Berita atau Isu Tertentu

Pasar saham sangat sensitif terhadap berita. Ketika muncul kabar baik—misalnya peluncuran produk baru, kerja sama strategis, atau ekspansi ke luar negeri—hal ini bisa memicu kenaikan harga saham, walaupun kondisi keuangan belum terlihat berubah.

Contoh: Apple mengumumkan peluncuran teknologi revolusioner baru. Meski belum dijual, sahamnya bisa langsung naik karena ekspektasi masa depan.


3. Kondisi Ekonomi Makro yang Stabil atau Meningkat

Jika ekonomi nasional sedang tumbuh, tingkat inflasi terkendali, suku bunga rendah, dan stabilitas politik terjaga, maka investor cenderung lebih percaya diri untuk berinvestasi di pasar saham. Ini meningkatkan permintaan saham secara umum, termasuk saham perusahaan yang sehat.

Sebaliknya, saat ekonomi melemah, banyak investor menarik dana dari saham dan memindahkannya ke instrumen yang lebih aman seperti emas atau obligasi.


4. Pembelian Besar oleh Investor Institusional

Investor institusional seperti reksa dana, dana pensiun, atau investor asing memiliki dana besar. Ketika mereka membeli saham dalam jumlah besar, harga saham bisa terdorong naik karena lonjakan permintaan yang signifikan.


5. Program Buyback Saham oleh Perusahaan

Buyback adalah saat perusahaan membeli kembali sahamnya sendiri dari pasar. Ini mengurangi jumlah saham yang beredar dan menunjukkan bahwa perusahaan percaya nilai sahamnya sedang “murah”. Ini biasanya direspon positif oleh pasar.


6. Pertumbuhan Industri

Kadang bukan hanya perusahaannya yang berkembang, tapi seluruh industri. Misalnya, saat tren kendaraan listrik naik, semua perusahaan di industri baterai atau mobil listrik ikut terkena dampaknya. Saham mereka bisa naik karena investor yakin prospek industri cerah.


7. Spekulasi atau Euforia Pasar

Kadang harga saham naik bukan karena fundamental, tapi karena spekulasi. Ini sering terjadi pada saham-saham teknologi atau startup yang menjanjikan pertumbuhan luar biasa. Ketika banyak orang berebut membeli, harga bisa naik tinggi—bahkan terlalu tinggi—sebelum akhirnya jatuh (bubble).


Ilustrasi: Perjalanan Saham dari Biasa Sampai Naik

Misalnya sebuah perusahaan rintisan teknologi:

  1. Awal IPO (penawaran saham perdana): Saham ditawarkan seharga Rp500.

  2. 6 bulan kemudian: Perusahaan mengumumkan kolaborasi dengan raksasa teknologi luar negeri → saham naik ke Rp700.

  3. Tahun berikutnya: Pendapatan naik 2x lipat → harga naik ke Rp1.200.

  4. Investor besar masuk dan buyback saham dilakukan → naik lagi ke Rp1.500.

Kenaikan harga ini adalah gabungan antara fundamental dan sentimen pasar.


Faktor-Faktor Lain yang Memengaruhi Harga Saham

Faktor Pengaruh Contoh
Kinerja Laporan Keuangan Sangat besar Pendapatan, laba, margin
Suku Bunga BI Sedang hingga tinggi Naik → saham turun; turun → saham naik
Inflasi Sedang Inflasi tinggi → saham tertekan
Nilai Tukar Rupiah Tinggi untuk perusahaan ekspor/impor Rupiah melemah → buruk bagi importir
Kebijakan Pemerintah Tinggi Subsidi, insentif, pajak
Kondisi Global Sedang hingga tinggi Konflik geopolitik, pandemi

Kenapa Saham Bisa Turun?

Sebagai pelengkap, penting juga memahami mengapa harga saham bisa turun, agar investor tidak panik:

  1. Kinerja perusahaan memburuk (misalnya rugi atau utang membengkak)

  2. Ekonomi memburuk

  3. Isu negatif seperti korupsi, fraud, atau gagal bayar

  4. Kompetitor baru masuk dan mengancam pasar

  5. Investor panik dan melakukan aksi jual massal


Tips Memahami Pergerakan Harga Saham

  1. Pantau laporan keuangan secara berkala

  2. Ikuti berita ekonomi dan industri

  3. Gunakan aplikasi analisis saham (seperti RTI, Stockbit, dll.)

  4. Pelajari analisis fundamental dan teknikal

  5. Jangan hanya ikut-ikutan atau FOMO


Penutup

Harga saham bisa naik karena banyak alasan, baik yang berakar pada kinerja perusahaan maupun karena faktor luar seperti ekonomi, berita, atau tren industri. Pemahaman tentang apa yang menggerakkan harga saham sangat penting agar kamu tidak asal ikut-ikutan membeli atau menjual saham.

Bagi investor pemula, kuncinya adalah belajar terus dan tetap tenang. Jangan mudah tergoda oleh euforia atau ketakutan. Fokus pada perusahaan yang punya fundamental baik dan prospek jangka panjang yang jelas.

Ingat, saham bukan alat cepat kaya, tapi bisa menjadi kendaraan menuju kebebasan finansial jika dikelola dengan bijak dan sabar.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Comments System

Disqus Shortname